Nama
: Axelomoon faqilah
Nama Panggilan :
Axel
TTL
: Jakarta , 08-10-1996
Alamat : Komplek Palad cibinong Rt 02/05 cibinong
bogor
Hobby : Mendengar lagu MUSE dan
THE CHANGCUTERS, bermain gitar , bermain
futsal , bermain games ,berenang,ngemil nonton ovj ,tidur ,sholat , bernafas
,bercanda ,
Motto
hidup `: ingin menjadi disiplin
dan EVERYTHING IS NOT IMPOSIBBLE
Gaya belajar : Auditorial
SAAT
KATA-KATA TIDAKLAH CUKUP
Semua itu terjadi
beberapa wakti yang lalu, lima tahun lalu tepatnya, dan aku tak bias mengingat
semuanya dengan jelas. Kalau aku lupa beberapa hal, kau tidak akan tahu
mengenainya, karena kau tidak ada disana, seperti yang sudah kukatakan di awal
cerita. Aku yakin aku lupa beberapa anekdot bagus, tapi intisari ceritanya
sudah kau dapatkan.
Minnow dan ibunya
mengunjungi pondok selama dua minggu setiap musim panas dan setiap kali Minnow
berenang ke Pulau Piknik, aku menemaninya dengan sampan, dan itu bukan sekedar
tugas tapi merupakan sebuah kehormatan. Yanny, Marianne, dan Minnow juga sering
berkano bersama. Minnow duduk di tengah, Marianne di haluan, dan Yanny, tentu
saja, di buritan. Tiga generasi, dalam satu kano hijau dari kayu cedar.
Yanny masih memanggang
pai dan masih setia mengenakan rok-rok cantiknya, serta masih suka membuat ulah
di sana-sini, karena sekarang ia mendapat lutut baru seperti yang dimiliki
semua orang.
Montgomery tidak
pernah meninggalkan pondok kami setelah rumahnya habis terbakar. Ia memintaku
menikah dengannya dan aku mengiyakan. Aku merasa sangat beruntung bisa
bersuamikan lelaki sebaik dia. Semu wanita lajang lain di Danau Birch iri dan
akau ykin merek penasaran mengapa Montgomery mau menikahi wanita yang tidak
bisa bicara, tapi terkadang bicara itu tidak ada gunanya, kurasa.
Tapi ada juga cerita
sedih.
Cliff meninggal
setahun yang lalu, meninggal dalam tidurnya di hammock, dengan senyum
menghias wajah dan seekor burung kolibri bertengger di pundak. Burung kolibri
tidak pernah behenti untuk siapa pun, tapi mereka berhenti untuk Cliff. Ia
tidak sempat menyelesaikan puisi seratus halamannya. Ia bru sampai halaman
empat. aku membaca keempat halaman itu berkali-kali tapi tetap tidak mengerti
puisi itu bercerita tentng apa. Aku menyimpan semua puisinya di buku klipingku
dan membingkai empat halaman istimewa itu dalam bingkai istimewa yang kusemprot
dengan warnan emas.
Musim panas yang
menyedihkan sekaligus membahagiakan, Musim Panas Dayung Ungu. Tapi lebih
membahagiakan daripada menyedihkan.
Setiap hari aku berdoa
untuk keselamatan burung-burung loon, dan
aku bersyukur atas kedatangan burung heron, yang masih menjadi heron-nya Danau
Birch. Aku bersyukur untuk pai, alang-alang, dan kakus, bahkan kakus.
Aku juga bersyukur
untuk kastil
Bukan kastil yang
dindingnya berlapis kulit pohon birch, tapi
kstil yang terbuat dari balok kayu di puncak bukit.
Posting Komentar